Pengolahan Sampah di Jepang
MAU BUANG SAMPAH, BAYAR!
Di
Jepang, masalah sampah merupakan masalah yang sangat serius, karena lahan di
negara ini terbatas bila harus menampung sampah-sampah seperti yang dilakukan
di Indonesia. Maka untuk menanggulanginya, Jepang memilah-milah sampah,
sehingga bahan yang masih bisa dipakai, didaur ulang. Di Nagoya, menerapkan 7
(tujuh) kategori sampah, sehingga bila kita membuang sesuatu harus dipilah
menurut jenisnya, dan harus dibuang dalam keadaan bersih.(kalo di Indonesia berapa ya guys, setahuku dibagi 2 : sampah kering
dan basah. Itu pun orang2 buangnya gak nurut ama pemilahannya.. suka asal cemplung
aja. Hehe..)
Berikut
ini penjabaran tentang klasifikasi sampah yang harus diperhatikan oleh semua
orang di Nagoya. Ini karena setiap daerah memiliki kebijakan tentang pemilahan
sampah yang berbeda-beda dan Nagoya adalah salah satu kota yang cukup ketat
soal sampah. Mereka misahkan barang-barang yang dapat didaur ulang seperti,
kemasan plastik, karton, botol plastik, botol beling dan kaleng. Sedangkan yang
tidak dapat didaur ulang, yaitu sisa makanan, barang-barang yang sudah rusak
seperti baterai, botol spray, dsb.
Barang-barang
yang berukuran besar lebih dari 30 x 30 x 30 cm dapat dibuang namun akan
dikenai biaya, biasanya 10.000 yen (sekitar Rp 800.000) per barang. (Gila-gila an nih bayarnya! Harga sampah
mengungguli gaji penjaga warnet di Indonesia guys.. maap nih buat mas en mbak
warnetkeeper, bukan maksud buat nyindir, cuma
membandingkan. He3x.. Decak kagum deh buat Nagoya^^) Sehingga banyak orang menjual barang elektronik
atau bahkan memberikan dengan cuma-cuma
pada toko-toko penjual barang bekas, sebelum barang tersebut rusak. Namun,
tidak sedikit pula yang rela membayar hingga ratusan ribu yen untuk
membersihkan rumahnya dari barang-barang elektronik atau furniture yang tidak
digunakan.
Bila
seseorang merasa melihat sampah yang dibuang orang lain di jalan, ia wajib
memungutnya tanpa ragu-ragu. Dengan penuh kesadaran ia menyimpan sampah
tersebut sampai menemukan tong sampah. (wah,
berati orang Indonesia itu nggak nyadar diri dong ya. Buktinya, ketika ada
orang yang buang sampah sembarangan, bukannya dipungut, malah ikut-ikutan buang
sampah sembarangan juga, he3x... Salut deh Ichibun sama penduduk Nagoya^^).
Saat
membuang sampah, ia harus memilah-milah sampah menurut bahannya. (nah lo! Ribet gak tuh) Contoh, saat
seseorang membuang satu botol minuman plastik, ada tiga langkah yang harus
dilakukan. (waduh, udah kayak langkah
pencegahan DBD aja nih, 3M). Pertama, harus dipastikan kita membuang
seluruh isi airnya. Kedua, plastik yang bertuliskan merek minuman tersebut
harus dirobek dan dibuang ke dalam tong sampah berkategori plastik beserta
tutup botolnya. Ketiga, badan botol itu harus ditekan hingga pipih, lalu botol
dibuang ke dalam tong sampah berkategorikan pet
bottle. (capek deh! Mana tadi
orangnya yang buang sampah, sini mau gue ajak ke Nagoya, ha3x...)
Bayangkan
betapa seseorang harus melakukan beberapa hal di atas hanya untuk membuang
sebuah botol minuman yang kadang-kadang bukan miliknya. Namun, tentu saja
mereka mendapat bayaran yang setimpal. (Tunggu!
Bayaran? Jangan salah tangkep dulu guys, bisa aja bayaran yang dimaksud ini
bukan berupa uang, ya kan? He3x..). Alhasil lingkungannya menjadi bersih
dan nyaman untuk hidup, bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk orang
lain dan lingkungan. (setuju deh sama
mbak Median ^^).
Biaya
tinggi untuk sampah, bahkan tak jarang lebih mahal dari harga belinya, membuat
orang berpikir lagi untuk mengonsumsi suatu barang agar tidak seenaknya
membuang sampah. Sampah kita adalah tanggung jawab kita. Kitalah yang
bertanggung jawab terhadap alam dan segala kerusakannya. (nah.. bener banget tuh temen-temen JOC.. patut ditiru dan dibiasakan
ya buang sampah di tempat sampah ^^).
Oleh:Median Mutiara
Alumnus
Nagoya University
Mahasiswa
S2 Unesa
Sumber: Koran Surya
Salam JOC,
Ichibun --DM